Danau Singkarak

Ada pesona dibalik riak air danau singkarak...

"Istana Pagaruyung" Yang Megah

Berdiri tegak menyanggah langit menatap tajam hamparan wilayah yang luas...

"Pacu Jawi" Tradisi Lereng Merapi

Kuat bertenaga dengan penuh semangat berjuang ke ujung...

Gulai Itik Cabe Hijau Sianok

Daging itik yang empuk, pedas, berbumbu yang nikmat menggoncang lidah...

"Kawa Daun" Sang Penghangat Tubuh

Dari daun kopi tua yang disangrai beraroma didalam sayak tempurung...

Songket Pandai Sikek

Dari tangan tangan terampil meracik menjadi seni nan indah

Si Krenyes Singkong Dari Payakumbuh

Beragam olahan dari singkong dengan bumbu alami yang enak dari Payakumbuh

Amazing "Koto Gadang"

Ini adalah Koto Gadang. Sebuah nagari (desa) yang telah melahirkan orang pinter. Sebut saja Agus Salim hingga cucunya Emil Salim, atau Syech Ahmad Khatib Al Minangkabawi satu satunya imam Masjidil Haram non Arab di abad 18. 
Masjid Koto Gadang
 Rumah Adat Koto Gadang
Koto Gadang bertetangga dengan Kota Bukittinggi tapi dipisahkan oleh ngarai yang lebar dan dalam. Namun saat ini telah ada jalan tembok yang dibuat seperti tembok China untuk menghubungkan dua daerah tersebut. Jalan yang dibangun dengan swadaya perantau ini telah menjadi ikon wisata Koto Gadang.
 Ngarai Sianok
Wisatawan dapat berhiking ria melintasi jalan bak tembok besar China, melewati ngarai yang indah dan sejuk, mendengarkan kicauan burung dan desiran angin melalui celah celah tebing. Semuanya terhampar sebagai anugrah yang menakjubkan.
 Great Wall "Koto Gadang"
Pesona Koto Gadang tiada duanya, kampung yang tertata rapi dan jalanan yang bersih serta rumah rumah kayu tua yang terawat. Ini lebih identik dengan kampung tua yang modern di Sumatra Barat. Rumah rumah kayu yang didominasi oleh gaya Belanda, di sinilah peradaban modern Sumatra Barat dimulai.
  Rumah Rumah Kayu Tua
Menatap Gunung Singgalang yang berdiri gagah menyapa siapa saja. Sekelompok awan berarak di puncak dan menambah nuansa indah alamnya serta hamparan sawah yang luas membentang sepuas mata memandang, itulah lukisan alam Koto Gadang.
  Gunung Singgalang
Berada di atas ketinggian 950 mdpl, udara di sini sangat sejuk waktu siang dan terasa dingin bila malam. Jauh dari hiruk pikuk suara mesin menjadikan Koto Gadang tempat istirahat alternatif sebelah Bukittinggi. Ini sungguh menyenangkan.
Sebelah Bukittinggi
Tidak hanya sampai disitu, nikmatilah masakan asli Koto Gadang, "Gulai Itik Koto Gadang". Dengan warna hijau cabe muda, masakan ini lebih terasa nikmat karena campuran bumbu bumbu alaminya dan teknik pengolahan yang sempurna. Lidah anda akan dibawa bergoyang karena lezatnya.
Gulai Itik Koto Gadang
Jika sudah menikmati pesona alam dan kuliner dari negri yang menawan ini, jangan lupa cindera mata. Di sini banyak pengrajin perak yang membuat berbagai cindera mata dengan racikan seni yang indah dan menawan. Dari tangan tangan terampil yang cekatan lahirlah barang seni dari perak dengan cita rasa tinggi.
 Berbagai Perhiasan Dari Perak
Miniatur Jam Gadang dan Rumah Gonjong dari Perak
Selain pengrajin perak, di sini juga banyak terdapat pengrajin sulaman dan bordiran yang mampu menghasilkan nilai karya bermutu. Sulaman dan bordiran yang halus dan rapi jadi primadona istri pejabat negri. Sudah tak diragukan lagi karya sulaman dan bordiran dari sini.
 
Sulaman dan Bordiran dengan berbagai motif
Di Koto Gadang anda akan mendapatkan kenangan yang menakjubkan, ini adalah negri dengan banyak keistimewaan.
(amazing-sumbar)

 



"Pangek Lapuak" Hanya di Barulak

Pangek bukanlah makanan yang asing bagi penikmat kuliner minang. Hampir setiap daerah di Ranah Bundo ini memiliki cara tersendiri untuk membuatnya, namun tetap mempunyai kesamaan rasa dan bentuk. Tapi di Nagari Barulak, kilometer 28 jalan raya Batusangkar-Payakmbuh ada rasa dan tekstur yang berbeda dari pangek. Masakan ini disebut "Pangek Lapuak".
Pangek Lapuak Barulak
Didominasi oleh warna kuning kunyit yang kental dengan rasanya, dibalut dengan daun belimbing beras yang menimbulkan rasa asam sedap. Parutan kelapa menghiasi aroma khas pangek tersebut dan bumbu bumbu alami lain yang kentara semakin menambah nikmat daging ikan yang empuk sampai ke tulang tulangnya. Aroma dan cita rasa khas pangek lapuak meresap jauh hingga ke sisi dalam daging ikan yang empuk. 
Meresap Hingga ke Sisi Dalam Daging

"Rumah Makan Pangek Lapuak", di sinilah dihidangkan pangek dengan cita rasa yang khas tersebut. Rumah makan yang sederhana ini biasanya buka mulai siang hingga sore. Banyak pengunjung yang melepas lapar siang di sini. 
 Panorama Sekitar Rumah Makan
Rumah makan yang terletak di pinggir jalan raya dan diapit oleh sawah sawah semakin menambah nyaman suasana makan. Sambil makan bisa melepaskan pandangan kebarisan bukit hijau atau ke hamparan sawah.

"Lembah Harau" Negri Tebing Cadas

Tebing tebing cadas berdiri kokoh di hamparan alam yang membentang. Semilir angin berhembus menyelinap di celah celahnya. Dan ranting ranting pohon pun bersalaman ditiup angin. Suara alam, suara hutan, suara hewan menyambut kedatangan tamu yang berkunjung. Inilah orkes simponi alam yang menakjubkan.
Tebing Cadas dan Air Terjun di Belakang Rumah
 Tebing Tebing Mengapit Sawah
Pohon pohon tua itu masih berdiri di puncak bukit yang subur dan tak terjamah oleh tangan tangan usil. Pohon pohon itu membentuk hutan yang lebat dan menyimpan air dalam jumlah yang banyak.
  Hutan dan Tebing Cadas
Air air tersebut mengalir melalui celah celah akar pohon menuju tempat yang rendah. Akhirnya bermuara di ujung tebing bukit yang tinggi lalu jatuh dalam kerumunan putih susu yang segar. Gelombangnya menggulung udara sekitar lalu berhembuslah angin semilir segar. Angin itu menyapu wajah wajah pendatang yang sumringah. terbayarlah penat seketika itu juga.
Air Terjun Dari Puncak Tebing Cadas
Ada hamparan sawah basah membentang di kaki kaki bukit terjal. Sesaat bercermin penjaga negri yang gagah. Tetap kokoh berdiri tegak tak termakan usia. Dialah tebing tebing cadas menjulang tengadah ke awan yang berarak.
Hamparan Sawah dan Penjaga Negri yang Gagah
Sawah Sawah Basah
Wajah wajah riang pendatang menyatu dalam kegembiraan. Disini terdapat beberapa homestay yang bagus, sehingga pengunjung bisa menikmati malam ditengah kegemuruhan air terjun dan hutan. Dibalut udara sejuk dan keramah tamahan lokal yang menyenangkan.
Penunjuk Arah
Gema di Lembah Echo
Itulah lukisan ringkas "Lembah Harau" yang eksotik. Terletak 10 KM utara Kota Payakumbuh, Lembah Harau telah berhasil merampas hati wisatawan lokal maupun asing. Tebing batu kokoh dengan ketingian 70 hingga 100 meter lebih membuat takjub siapa saja yang datang melihatnya. 

 


Pesonanya telah banyak menggoreskan kuas Pelukis di atas kanvas dengan racikan seninya. Suara alamnya telah mengilhami Komposer melantunkan nada nada merdu. Dan Pujangga telah menggoreskan tinta dalam sastra sastra indah memuji keelokannya. Sungguh menakjubkan.

(amazing-sumbar)

"Makan Bajamba" Jadi Tradisi HUT Sawahlunto

"Makan Bajamba" merupakan tradisi makan bersama di tatanan adat masyarakat suku minang yang mayoritas mendiami Provinsi Sumatera Barat. Makan Bajamba diartikan sebagai makan bersama sama. Nasi beserta lauk pauk dihidangkan dalam piring besar. Kemudian orang berkeliling duduk mengitari piring dan  memakan bersama hidangan dalam piring tersebut. 
Makan Bajamba Kelompok Perempuan

Biasanya acara ini diadakan pada hari besar Islam atau upacara adat. Namun saat ini, tradisi makan bajamba secara rutin diselenggarakan di Kota Sawahlunto pada setiap hari jadi kota pada tanggal 1 desember. Acara ini diangkat untuk bisa menggiatkan wisata Kota Sawahlunto. Makan bajamba ini didasari atas ajaran Islam untuk makan bersama. Setiap orang merasakan kebersamaan dan tidak pandang bulu, tidak ada kasta, tidak ada strata. Semuanya duduk bersila bersama di lantai lalu mengambil makanan bersama dalam satu piring dengan tangan kanan kemudian memakannya. 
Makan Bajamba Kelompok Laki Laki

Ada aturan yang harus diterapkan dalam makan bersama ini, setiap orang tidak boleh makan menggunakan tangan kiri harus dengan tangan kanan, nasi yang tercecer diambil dengan tangan kiri lalu dipindahkan ke tangan kakan untuk dimakan kembali, tidak boleh mengambil makanan yang jauh darinya, harus mengambil makanan yang paling dekat, tidak boleh mengambil nasi dalam kepalan yang banyak harus sedikit sedikit. Ketentuan ini tidak lepas dari ajaran Islam yang diterapkan saat makan bajamba tersebut.
Bermacam Makanan yang Dihidangkan

Kota Sawahlunto yang secara rutin mengadakan acara makan bajamba setiap tahun pada hari jadi kota. Hidangan berdatangan dari setiap Nagarai (Desa) secara berkelompok atau kontingen. Mereka datang dalam suatu iringan panjang yang menjujung makanan di kepala. Acara ini dikoordinir oleh Pemerintah Kota.
Salah Satu Kontingen
Kegiatan ini semakin menambah pilihan wisata di Kota Sawahlunto. Acara makan bersama ini pernah dicatat oleh MURI sebagai makan bajamba terbanyak yang pernah diadakan. Kegiatan ini menjadi pesta besar masyarakat Kota Sawahlunto setiap tahunnya. Banyak orang tumpah ruah ke jalanan menyaksikan iringan menuju lokasi diadakan makan bersama. Disini terlihat jelas peran perempuan yang menyiapkan makanan tersebut. Hal ini semakin mempertegas, kaum perempuan dalam etnis minang memegang peranan penting untuk urusan rumah tangga.
Makanan yang Dibawa Oleh Ibu Ibu
Ketika event tahunan Tour de Singkarak melewati Kota Sawahlunto, rombongan juga dijamu dengan budaya makan bajamba. Ini merupakan suatu langkah untuk memperkenalkan budaya yang telah menjadi tradisi di Kota Sawahlunto.
Makan Bajamba Rombongan Tour de Singkarak

Perkawinan Minang Tradisional

Pesta perkawinan merupakan suatu hal sangat istimewa bagi pasangan mempelai dan keluarga mereka. Tiap tiap daerah memiliki aturan dan tata cara tersendiri yang terikat dalam budaya yang mereka jalankan. Dalam tatanan masyarakat Minang di Sumatera Barat, pernikahan mereka lakukan sesuai dengan Ajaran Islam sedangkan pesta perkawinan mengacu pada adat istiadat yang mereka jalankan yang sudah turun temurun. Saat pesta perkawinan digelar, serangkaian prosesi adat dijalankan diantaranya penyambutan mempelai laki laki di rumah mempelai perempuan dengan cara berbalas pantun, penyebutan panggilan untuk mempelai laki laki (dinamai gelar) dan lain sebagainya. 
Mempelai laki laki disebut "Marapulai" dan mempelai perempuan disebut "Anak Daro". Mereka duduk bersanding di pelaminan dengan pakaian kebesaran dan segala pernak pernik ciri khas etnis minang. Pelaminan dengan motif ukiran etnis minang dihiasi dengan pernak pernik yang didominasi warna merah dan kuning sebagai lambang kebesaran budaya minangkabau.  
Marapulai dan Anak Daro Bersanding di Pelaminan

Saat pesta perkawinan berlangsung, hal yang juga istimewa adalah makanan yang dihidangkan kepada tamu. Sudah menjadi tradisi yang tidak dapat dipisahkan adalah menghidangkan "Rendang" atau "Kalio Daging" sebagai menu utama. Rendang dengan bahan daging sapi dicampur dengan santan dan racikan berbagai macam bumbu dengan takaran yang pas khas masakan minang menjadi menjadi menu idola di setiap pesta perkawinan. Rendang juga pernah dinobatkan CNN travel sebagai makanan terlezat dunia tahun 2013. Beda antara rendang dengan kalio terletak pada santannya, bila kalio masih berkuah santan sementara rendang sudah tidak bersantan lagi tapi hanya dedak dedak santan yang tidak berkuah.
 "Kalio" Manu Utama di Pesta Perkawinan

Memberikan warna yang sama sebagai teman rendang atau kalio, juga dihadirkan "Gulai Nangka" jika rendang atau kalio dari daging sapi atau "Gulai Rebung" jika rendang atau kalio dari daging kambing.
"Gulai Nangka"

Sebagai pelengkap hidangan menu, rendang ditemani oleh lauk lain seperti ikan atau ayam. Hal ini memberikan pilihan bagi tamu yang tidak makan makanan bersantan dan berlemak. 
 "Ikan Goreng" pilihan untuk yang tidak makan bersantan

Untuk semakin menambah cita rasa tradisional dalam hidangan tersebut juga dilengkapi dengan sambal dari cabe hijau atau merah yang digoreng dengan minyak kelapa yang akan memberikan aroma wangi dan rasa sedap dan menambah selera makan. Sambal biasanya dicampur dengan ikan kering atau petai atau jengkol atau campuran lain yang menemani sambal di wajan. 
  "Sambal" Penambah Cita Rasa Tradisonal Minang

Untuk melengkapi menu juga dihidangkan sayuran. Biasanya sayuran mengikuti hidangan sebelumnya guna memberikan rasa dan warna keseragaman pada barisan menu yang dihidangkan. Namun terkadang tampil juga warna warni pada barisan menu tersebut. Hal ini biasanya mengikuti selera penata menu atau "orang dapur". Dan hal yang tak terlupakan dalam barisan menu pesta perkawinan di ranah minang adalah kerupuk yang berbahan dasar singkong.
Buncis Rebus melengkapi menu sayuran

Pesta perkawinan ini merupakan rangkaian atraksi budaya dalam tatanan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Ini adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun.



Krenyesnya Olahan Singkong Dari Payakumbuh

Soal oleh oleh kering mungkin Bukittinggi lebih terkenal dari pada Payakumbuh, namun ternyata banyak oleh oleh tersebut dibuat di Payakumbuh. Bagi traveller yang bepergian ke Payakumbuh bisa mampir sejenak di tempat penjualan oleh oleh yang ada dipinggir jalan utama. Payakumbuh juga terkenal dengan penghasil jajanan lainnya. Namun kali ini tentang oleh oleh olahan singkong.
Kripik Cincang
Kripik cincang merupakan salah satu hasil olahan singkong yang banyak digemari. Terbuat dari singkong dan dicampur bumbu alami seperti kunyit, garam dan bawang. Rasanya yang enak dan rapuh di gigi membuat cemilan ini pas saat saat santai.
Sanjay Balado
Seperti pada umumnya sanjay dari Bukittinggi, sanjay balado di Payakumbuh juga tak kala enaknya. Olahan singkong ini telah menjadi ikon oleh oleh dari Sumatera Barat. Campuran cabe merah dan gula melekat pada kerupuk sanjay yang rapuh. Jadi teman cemilan diperjalanan atau suguhan untuk tamu sangat cocok dilakukan.
Karak Kaliang
Karak Kaliang merupakan olahan singkong yang berbeda dari sanjay dan kripik cincang. Namun rsa singkongnya tetap ada ditambah dengan campuran campuran bumbu yang menambah enak oleh oleh tradisional dari Payakumbuh ini. Selain itu juga ada bermacam macam olahan singkong lainnya dari kota ini.




Ada Pesona Dibalik Riak "Danau Singkarak"

Tatkala mata jenuh dan lelah, pikiran gundah, dalam perjalanan yang menyesakkan dada, sejenak dihempaskan pandangan ke air yang bergelombang, tak terduga kiranya ada pesona dibalik riak "Danau Singkarak". Ku tersentak, sembari menyadari karunia Sang Pencipta. Menakjubkan, itulah decak kagum terlontar dari bibir yang gemetar. Dikala langit biru cerah, awan bergaris gelombang melayang, angin sejuk berhembus menyapu wajah yang sumringah. Menakjubkan, itulah kata yang kembali terlontar dari bibir yang bergetar.
 Riak Danau Singkarak
Traveller, tiada habisnya cerita tentang danau yang satu ini, berada sepanjang lebih 20 km di jalur utama Kota Padang Panjang menuju Kota Solok, sangat memungkinkan dijangkau oleh wisatawan. Nama Singkarak saat ini semakin mendunia setelah adanya agenda tahunan balap sepeda "Tour de Singkarak".
 Tour de Singkarak
Danau Singkarak juga dikenal sebagai penghasil "Bilih", sejenis ikan kecil berasa manis yang kaya protein dan hanya hidup di danau ini. Sepanjang jalan banyak warung yang menjual ikan tersebut dalam bentuk kering, basah bahkan siap makan sebagai oleh oleh. 
 Ikan Bilih Danau Singkarak
Setiap sudut danau singkarak memberikan kesan tersendiri dan membuat mata ini tak jenuh menatap berlama lama. Angin yang bertiup, riak gelombang yang bergantian, bingkai pandangan yang menawan semuanya terangkum dalam keelokan kesan yang tak habis habisnya.
 Sudut Sudut Danau Singkarak


Keajaiban Dari Kolam "Air Tiga Rasa"

Traveller, banyak keajaiban alam yang terjadi di berbagai belahan bumi ini. Kali ini tentang kolam kecil yang mengeluarkan air dengan tiga rasa yang berbeda. Inilah keajaiban alam yang patut kita kagumi. Hal ini menarik bagi traveller yang ingin tahu lebih banyak mengenai tempat wisata unik dan menarik di Sumatera Barat. 
Sebuah kolam yang berukuran kira kira 1,5 X 1 meter menampung air yang keluar dari perut bumi yang memiliki tiga rasa. Rasa manis, asam dan asin bercampur sekaligus. Rasa asamnya akan menggigit lidah anda yang mencicipi tapi saran saya jangan anda telan. Air ini bersumber dari mata air tanah yang langsung menyembur ke permukan seperti ada tekanan gas yang mendorongnya. Belum ada informasi jelas mengenai kandungan mineral air ini karena belum ada penelitian ilmiah yang dipublikasikan dan diberithukan kepada pengunjung.
Pintu Gerbang Air Tiga Rasa 
Pintu gerbang objek wisata air tiga rasa persis berada dipinggir jalan utama yang menghubungkan Danau Maninjau dengan Lubuk Basung
 Jalan Menuju Kolam Air Tiga Rasa
Setelah melewati gerbang objek wisata anda menemui jalan setapak beton. Dari sini ke kolam air tiga rasa hanya berjarak sekitar 10 meter.
 Kolam Air Tiga Rasa
Kolam air tidaklah besar seperti kolam kolam lain umumnya. Namun dari kolam ini muncul mata air yang berasa manis, asam dan asin.
 Baskom Tempat Air untuk Dicicipi
Sobat traveller gak susah susah menemukan lokasi ini karena air tiga rasa terletak di pinggir jalan utama yang menghubungkan Lubuk Basung dengan Maninjau Sumatera Barat. Berjarak sekitar 12 km dari Pasar Lubuk Basung menuju maninjau. Atau tepatnya di dusun Aia Tigo Raso, Lubuk Sao kecamatan Tanjung Raya, atau sekitar 2 km dari objek wisata muko muko PLTA maninjau menuju arah Lubuk Basung Kabupaten Agam.