Salah satu tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun dan masih diadakan hingga saat iini adalah Pacu Sapi atau lebih dikenal dengan sebutan lokal "Pacu Jawi". Pacu Jawi diadakan setelah musim panen padi di daerah tersebut. Pacu Jawi diadakan di sawah yang tergenang air, biasanya diselenggarakan pada hari sabtu dan berlangsung selama empat kali. Saat acara ini diadakan, biasanya juga diikuti oleh penyelenggaraan kesenian tradisional minag seperti "Saluang" dan "Randai".
Sepasang jawi ditunggangi oleh
seorang joki.
Pacu
sapi atau pacu jawi menggambarkan semangat, kekuatan dan kekompakan antar jawi
dengan jokinya. Dengan semangat yang tinggi seorang joki akan berusaha membuat
sapinya bisa berlari cepat sampai ke ujung sawah. Dengan kekuatan penuh
sepasang sapi akan berlari secepat mungkin menuju tujuan. Tanpa kekompakan
sepasang sapi tak akan bisa berlari berbarengan sama cepat hingga mencapai
tujuannya.
Foto
pacu jawi pemenang kategori aksi olah raga tunggal pada ajang World Press Photo
Contesst 2013, foto karya Chen Wei Seng asal Malaysia.
Saat
ini photografer profesional banyak berdatangan untuk memburu momen menarik yang
terjadi pada setiap acara Pacu Jawi digelar. Beberapa kali photo pacu jawi
karya photografer yang berbeda telah memenangkan ajang lomba photo
International.
Semangat,
Kekuatan dan Kekompakan.
Traveller
yang bisa melihat langsung acara ini akan merasakan sensasi cipratan air sawah
tinggal di buritan karena sapuan bilah bilah kekang sapi akibat hentakan kaki
kaki sapi yang berlari kencang. Rasakan juga semangat yang terpancar dari
ekspresi joki yang menggigit ekor sapi dan teriakan kegirangan sang joki karena
sapinya yang berlari kencang dan lurus.
Joki
menggigit ekor jawi untuk memacu jawi berlari